Senin, 07 Desember 2015

KAWAN

setapak demi setapak jalanan basah yang kini aku lewati, berhembus angin malam yang begitu menyeruak kedalam dada ,rintik hujan yang membasahi muka seakan membasuh keluh jalanan yang melekat, hati riang menjadi sedih melihat bulan yang masih saja bersembunyi di ballik awan hitam, disini aku masih mengarungi jalan sunyi, hingga di saat aku melihat sebuah cahaya remang dari kejauhan, semakin dekat semakin jelas , melihat sosok yang berdiri setia dalam penantian dan perjuangan, ku sapa mereka dengan raut sendu tapi mereka membalas dengan hati yang terbuka, betapa lengkap hidup ini jika selalu ada kawan yang menanti dan saling menopang untuk mulai jalan ber iringan.

Cahaya Jiwa

Rahasia hati ini menjadi titik sunyi tanpa ada orang lain yang mengetahui, semilir angin malam menambah sendu nya malam ini, keheningan malam menutup senyuman rembulan, aku mencoba berbalik untuk menaruh hati namun kabut senja menariku untuk mengikuti cahaya nya yang perlahan menjadi senyap, apa aku terlalu bodoh untuk tetap mengikuti cahaya jingga itu?.
 hendak aku coba menoleh berpaling dan berlari namun kembali kabut itu menarik ku untuk tetap mengikuti cahaya senyap tersebut, kini langkahku tak se riang ombak , tak seringan angin ,dan juga tidak seberat seperti mendaki puncak ,kehidupan ini begitu lurus sunyi dan hanya tetap mengikuti cahaya yang kian lama kian senyap dan berubah jadi gelap.